Takdir sedang bermain
Takdir, sebuah kata yang seringkali dikaitkan dengan misteri dan ketidakpastian. Entah mengapa, aku merasa takdir sedang mempermainkanku. Belum selesai dengan luka perpisahan orang tua, aku harus menghadapi kenyataan pahit untuk kembali serumah dengan mereka. Dulu, saat mereka bertengkar di hadapanku, dunia terasa runtuh. Aku, anak kecil yang rapuh, hanya bisa menyaksikan perang batin mereka, tanpa daya untuk menghentikannya. Kenangan itu seakan terukir permanen di hati, seperti bekas luka yang tak kunjung sembuh. Setiap sudut rumah seolah berbisik tentang pertengkaran mereka, tentang kehancuran yang kurasakan. Sekarang, aku disuruh melupakan semua kenangan pahit itu. Diminta berpura-pura bahagia, melupakan rasa sakit yang masih menggelitik di hati. Tapi, bagaimana bisa aku melupakan segala sesuatu yang sudah terukir dalam jiwa ku? Bagaimana aku bisa berpura-pura bahagia ketika luka lama belum sempurna sembuh? Jujur, aku bingung. Aku...