Takdir sedang bermain

Takdir, sebuah kata yang seringkali dikaitkan dengan misteri dan ketidakpastian. Entah mengapa, aku merasa takdir sedang mempermainkanku. Belum selesai dengan luka perpisahan orang tua, aku harus menghadapi kenyataan pahit untuk kembali serumah dengan mereka. Dulu, saat mereka bertengkar di hadapanku, dunia terasa runtuh. Aku, anak kecil yang rapuh, hanya bisa menyaksikan perang batin mereka, tanpa daya untuk menghentikannya.
 
Kenangan itu seakan terukir permanen di hati, seperti bekas luka yang tak kunjung sembuh. Setiap sudut rumah seolah berbisik tentang pertengkaran mereka, tentang kehancuran yang kurasakan.
 
Sekarang, aku disuruh melupakan semua kenangan pahit itu. Diminta berpura-pura bahagia, melupakan rasa sakit yang masih menggelitik di hati. Tapi, bagaimana bisa aku melupakan segala sesuatu yang sudah terukir dalam jiwa ku? Bagaimana aku bisa berpura-pura bahagia ketika luka lama belum sempurna sembuh?
 
Jujur, aku bingung. Aku bingung karena takdir. Aku bingung karena tidak ada satu pun orang yang memahami diriku, yang mengerti bahwa aku terluka. Aku harus bagaimana? Apakah aku harus berbohong pada diri sendiri, padahal luka dan trauma itu masih ada?
 
Aku merasa terjebak dalam lingkaran setan yang tak berujung. Di satu sisi, aku ingin mencari kedamaian dan kebahagiaan. Tapi, di sisi lain, aku masih berjuang melepaskan beban masa lalu yang mencengkeram jiwaku.
 
Aku hanya bisa berharap takdir tak lagi mempermainkanku dan memberiku kesempatan untuk menyembuhkan luka lama dan menemukan kedamaian di dalam diriku.
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengatasi Bayang-Bayang Kelam : Kisah Hidupku dalam Broken Home

Minuman Tradisional, Jamu Kunir Asem

Jajanan Keluarga