TRADISI KESENIAN FESTIVAL THONG-THONG LEK KABUPATEN REMBANG

             peserta thong-thong lek

Istilah thong-thong lek sendiri berasal dari kata kentongan dan melek. Kentongan yang berarti sepotong bambu (berukuran kurang lebih 60 cm) dan dilubangi memanjang sealur dengan bambu. Sementara kata “melek” yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti terbangun. Thong-thong Lek merupakan tradisi unik di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang dirayakan setiap tahun selama bulan Ramadan. Tradisi ini merayakan membangunkan sahur dengan menggunakan kentongan bambu dan musik tradisional Jawa. Festival ini melibatkan seluruh masyarakat Rembang, baik sebagai peserta maupun penonton. Bunyi "thong-thong" dari kentongan bambu yang diiringi lagu-lagu tradisional bertema keagamaan dan kebersamaan menjadi ciri khas festival ini. Thong-thong Lek bukan hanya tradisi membangunkan sahur, tetapi juga festival yang mempersatukan masyarakat dan melestarikan budaya lokal Rembang.
Thong-thong Lek merupakan jenis kesenian musik tradisional yang sumber bunyinya berasal dari kenthongan. Thong-thong Lek merupakan kegiatan sekelompok orang yang membunyikan alat tradisional seperti kentongan untuk membangunkan umat Islam agar makan sahur. Festival ini digelar 3 hari sebelum Hari Raya Idul Fitri. Festival Thong-thong Lek adalah perayaan seni tradisional yang menyatukan seluruh desa di Kabupaten Rembang. Acara tahunan ini menjadi bukti kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Rembang.

 Poster Thong-thong lek dari Dinas kebudayaan dan pariwisata kabupaten Rembang 

Musik tradisional Thong-thong Lek di Rembang sudah ada sejak tahun 1972. Awalnya, musik ini muncul dari kebiasaan masyarakat membangunkan orang sahur dengan kentongan. Tidak hanya di Rembang, Thong-thong Lek juga mulai dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Banyak wisatawan tertarik untuk menyaksikan keunikan dan keunikan tradisi ini. Festival Thong-thong Lek menjadi bukti bahwa budaya lokal dapat menjadi daya tarik wisata yang menarik dan memperkaya khazanah budaya Indonesia. Melalui Festival Thong-thong Lek, masyarakat Rembang tidak hanya menjaga kelestarian tradisi, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dan cinta tanah air. Tradisi ini menjadi bukti bahwa budaya lokal dapat menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi generasi mendatang.
Pada tahun 1975, pemerintah Kabupaten Rembang menetapkan Festival Thong-thong Lek sebagai acara tahunan selama bulan Ramadan. Festival ini bertujuan untuk melestarikan tradisi dan budaya lokal Rembang, serta mempererat hubungan antarwarga.
Festival Thong-thong Lek di Rembang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Kesenian ini menampilkan atraksi unik berupa tabuhan tongkat bambu yang dimainkan secara bergantian oleh para pemain, menciptakan irama dan melodi yang khas.
Para pemain Thong-thong Lek biasanya berkeliling kampung, membangunkan warga untuk sahur dengan irama yang merdu dan semangat. Mereka mengenakan pakaian tradisional dan membawa tongkat bambu yang dihiasi dengan ornamen-ornamen menarik. Selain sebagai tradisi membangunkan sahur, Thong-thong Lek juga menjadi pertunjukan seni yang menghibur. Festival ini biasanya dimeriahkan dengan berbagai kegiatan, seperti lomba Thong-thong Lek, pameran kuliner, dan pertunjukan kesenian tradisional lainnya. 
Keunikan Thong-thong Lek terletak pada irama dan musiknya yang khas. Para pemain Thong-thong Lek biasanya berkeliling kampung, membangunkan warga untuk sahur dengan irama yang merdu dan semangat. Mereka mengenakan pakaian tradisional dan membawa tongkat bambu yang dihiasi dengan ornamen-ornamen menarik. Lagu-lagu yang dinyanyikan selama festival ini biasanya bertemakan keagamaan, seperti pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad, serta lagu-lagu tradisional Jawa yang menggambarkan semangat kebersamaan dan persaudaraan. Keunikan dan nilai budaya Thong-thong Lek telah diakui secara nasional. Kesenian ini telah diangkat menjadi salah satu warisan budaya tak benda Indonesia. Pemerintah dan masyarakat Rembang terus berupaya melestarikan dan mengembangkan Thong-thong Lek agar tetap hidup dan menjadi kebanggaan daerah.
Tradisi Thong-thong Lek di Rembang memiliki makna penting dalam memperkuat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan, dan gotong royong. Masyarakat Rembang bersatu padu dalam mempersiapkan dan menyelenggarakan festival ini, menunjukkan semangat persatuan yang kuat. Selain itu, tradisi ini juga membuktikan bahwa budaya lokal dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Penggunaan alat musik modern dalam pertunjukan Thong-thong Lek menunjukkan bahwa tradisi dapat tetap hidup dan berkembang tanpa kehilangan nilai-nilai luhurnya.
Thong-thong Lek tidak hanya menjadi tradisi unik, tetapi juga menjadi bukti kekuatan budaya lokal dalam mempersatukan masyarakat, melestarikan nilai-nilai luhur, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya sendiri. Tradisi ini menjadi inspirasi bagi masyarakat Rembang untuk terus menjaga warisan budaya dan memperkuat semangat kebersamaan. Festival ini juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk belajar dan mencintai budaya lokal.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengatasi Bayang-Bayang Kelam : Kisah Hidupku dalam Broken Home

Minuman Tradisional, Jamu Kunir Asem

Jajanan Keluarga